iklan jual beli mobil

Kenapa Mending Hybrid Dibandingkan Dengan EV? Ini Penjelasannya


OTOJATIM - Sesuai prediksi para begawan otomotif juga penulis. Powertrain Hybrid segera menjamur. Terbukti pabrikan-pabrikan Tiongkok maupun Korea Selatan yang tadinya begitu mengunggulkan teknologi Electric Vehicle (EV) perlahan tapi pasti mulai bergeser ke teknologi Hybrid.


Sebabnya jelas. Tempat charging Direct Current (DC) Fast Charging maupun Ultra Fast Charging masih belum tersebar hingga ke pelosok daerah. Tanpa adanya infrastruktur ini mobil listrik tak akan berdaya. Apa Anda mau nungguin ngecas mobil 5 sampai 7 jam dengan Alternate Current (AC) Fast Charging?


Bila penggunaan EV hanya di dalam kota ataupun sesekali ke luar kota seperti rute Jakarta - Bandung tentu tak akan jadi masalah. Kalau sudah hendak dibawa plesiran ke luar kota yang jauh bahkan blusukan baru akan terasa yang  dinamakan Charging Anxiety itu. Charging Anxiety adalah perasaan khawatir  terhadap kemampuan charging, bisa atau tidaknya ngecas.


Penyebab gagal charging yang membuat Charging Anxiety ini mengemuka itu banyak musababnya. Bisa dari konektor yang sudah rusak, dispenser alias hydran pengisian bermasalah, Battery Management System di mobil yang error / gagal berkomunikasi dengan dispenser pengisian, hingga masalah tak terduga seperti koneksi internet yang tiba-tiba down. 


Rentetan masalah ini Saya cukup yakin tak banyak media maupun pada Key Opinion Leader (KOL) hingga Key Opinion Consumer (KOC) yang mengemukakan problem ini baik di tulisan maupun video yang mereka buat. 


Sebenarnya bukan butuh keberanian lebih, tapi memang problem ini akan ditemui bila durasi penggunaan atau pengujian mobil listrik dilakukan dengan standar tertentu, dan menempuh jangka waktu tertentu, singkatnya bukan pengujian jangka pendek semata.


Penulis @Arviansyah23 yang memiliki spesialisasi penguji mobil baru baik itu mobil yang sebelum launching, masih berupa produk konsep (prototype / purwarupa) ataupun yang sudah beredar di pasaran guna mengambil data ulang after product launch merasakan betul potensi masalah ini.


Namun bukan berarti Saya anti terhadap mobil listrik. Saya pun mengandalkan mobil listrik brand tertentu untuk digunakan di dalam kota dan tipis-tipis plesiran ke luar kota. Tapi sorry to say, bila EV digunakan untuk One Car for All rasanya itu masih cukup jauh.


Baru-baru ini penulis juga berkesmpatan mengunjungi PT Teknologi Militer Indonesia (TMI) yang merupakan perusahaan di bawah Kementrian Pertahanan yang bertanggung jawab untuk mengembangkan mobil nasional dengan kode proyek i2C. PT TMI ini yakin betul masa depan adalah kendaraan listrik.


Tapi setelah berdiskusi mendalam kami (Pihak PT TMI dan Saya) pun akhirnya menganggukkan kepala, bahwa butuh waktu lebih banyak untuk mengembangkan infrastruktur listrik di Indonesia. Ini merupakan Pekerjaan Rumah (PR) besar untuk pemerintah terutama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).


PR PT PLN seperti apa? Travo maupun gardu-gardu layanan harus diperbesar di semua daerah guna dapat menyokong kebutuhan arus listrik bertegangan yang lebih besar, Ya lagi-lagi ini menyoal memperbanyak DC Fast Charging dan DC Ultra Fast Charging hingga ke pelosok agar Charging Anxiety dapat ditekan.


Tapi masalah enggak berhenti sampai di situ saja. Menurut Saya ini PR bersama sih. Sebab harga hydrant / dispenser DC Ultra Fast Charging maupun DC Fast Charging itu masih sangat mahal. Harganya bahkan setara dengan mobil baru di kelas Low Cost Green Car (LCGC).


PT TMI dan timnya hanya bertanggung jawab mengembangkan mobil nasional dengan kode proyek i2C untuk sampai ke jalur produksi di tahun 2028 nanti. Tentu saja hal ini harus disupport oleh pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia. Saya pribadi juga ingin negara tercinta kita ini punya mobil nasional sendiri yang dibuat oleh putera/i bangsa Indonesia dan hak kekayaan intelektualnya dimiliki oleh kita (bangsa Indonesia).


Lantas kesimpulannya seperti apa? EV di masa depan masih mungkin? Itu sangat tergantung dengan kesiapan pemerintah kita menyiapkan infrasturktur listrik arus bertegangan tingginya. Dan perlu diingat semua itu ada cost alias biayanya. 


So, hingga saat ini dan beberapa tahun mendatang mobil dengan powertrain Hybrid masih yang paling masuk akal. Apalagi nantinya bila dikembangkan bahan bakar bersih, powertrain Hybrid bakal semakin relevan lagi.

LihatTutupKomentar

BMW R Nine T Racer, Moge Keren dengan Harga Setengah Milyar

BMW R Nine T Racer. Berto/Otojatim Jakarta, Otojatim.com - Pagelaran Indonesia International Motorshow 2017 telah usai. Akan tetapi ad...

close
harga yamaha nmax turbo