OTOJATIM - Pengunjung ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 sampai para pewarta pasti setuju kalau Build Your Dreams (BYD) Atto 1 menjadi mobil listrik viral di tahun ini. Kali ini penulis mendapat kesempatan untuk menjajalnya di habitat sebenarnya yakni di dalam kota.
Uji coba kali ini saya nilai jauh lebih pas daripada perjalanan antar kota yang secara natural bukan habitat dari kendaraan jenis City Car. Meski kami mencoba mobil ini tidak lebih dari 3 jam (ini termasuk durasi yang cukup lama untuk sekadar pengujian di dalam kota) tapi dengan begitu, saya bisa menilai kelayakan mobil ini.
Sebelum artikel ini berlanjut, penulis ingin haturkan terima kasih terlebih dahulu kepada ARISTA Group melalui salah satu dilernya yakni BYD ARISTA Kalimalang yang terletak di Jl. Kalimalang No.38 karena telah menyiapkan satu unit mobil BYD Atto 1 trim Dynamic untuk penulis uji coba.
Percobaan ini penulis mulai dari diler tersebut, satu unit Atto 1 berkelir Apricity White telah terparkir dan siap untuk kami jalankan. Masuk ke dalam kabin, saya merasa aura mobil ini bukan di angka Rp100 jutaan alias tak terasa mobil dengan harga terjangkau.
Itu saya rasakan dari penggunaan material di kabin plus padu-padan warna interior yang matching. Rasanya bikin betah di kabin. Tak sabar rasanya saya berjalan. Setelah melakukan inspeksi sejenak dengan cara memutari mobil 360 derajat sembari cek tekanan angin ban, penulis pun bersiap.
Injak pedal rem lalu nyalakan mobil via sebuah tombol, AC pun langsung menyala dan memberikan hawa dingin. Saya cukup takjub dengan kinerja pendingin udara mobil ini, karena dari kabin yang panas terjemur matahari tak butuh waktu lama untuk hawa dingin terasa membuat nyaman.
Rasanya Di Jalanan Dalam Kota
Yang saya rasakan cukup menyenangkan adalah posisi mengemudinya. Bukan hanya karena trim Premium di Atto 1 ini setirnya sudah bisa diatur tinggi-rendah dan jangkauannya (Tilt & Telescopic), tetapi juga kursinya bisa diatur secara elektris.
Visibilitasnya pun baik, dengan postur tinggi badan penulis di 173 cm, posisi spion sebelah kiri tak terhalangi bahu garis jendela ketika menoleh ke arahnya. Pandangan depan luas, sayangnya untuk melihat ke belakang sedikit terhalang oleh headrest dan kaca buritan yang penampangnya kecil.
Setelah tuas Transmission Selector yang posisinya di pojok kiri bawah layar infotaiment dipindah ke posisi D maka saya pun melaju. Saya cukup takjub karena ternyata mobil ini memiliki bantingan suspensi yang cukup lembut. Perut tak terasa terlalu terkocok saat melewati jalan tidak rata bahkan rusak, rasanya bejaban lah lawan mobil Low Cost Green Car (LCGC) sekalipun.
Respon pedal akseleratornya juga baik, injak sedikit mobil langsung melaju melaju. Padahal saya baru pakai mode NORMAL. Bobot setirnya juga pas, terasa tak terlalu berat maupun ringan, ini oke banget untuk penggunaan di dalam kota seperti tujuan dilahirkannya mobil ini. Feedback setir gimana? Rasanya cukupan lah untuk City Car seperti ini. Toh selain Test Driver siapa juga mau bermanuver ekstrim seperti di trek balap dengan mobil ini?
Nah, yang bikin saya kasih applause adalah kini feel stroke pedal remnya sudah enak. Tak seperti BYD lainnya yang sempat penulis as a Test Driver coba seperti Dolphin, M6, Atto 3 sampai Seal yang rasanya terlalu sensitif. Ini sih pas dan rasanya mirip mobil Jerman seperti Mercedes-Benz, BMW dan Volkswagen. Top.
Pengendalian mobil ini sebenarnya baik, bermanuver cepat rasanya bodinya nurut, body roll juga terasa dalam batas wajar. Tapi yang jadi problem menurut saya adalah grip dan traksi bannya. Ban lansiran China yang dipakai ini saya rasa kurang cocok dengan karakter lalu lintas di Indonesia.
Terasa licin saat penulis melakukan semi moose test manouver / zig-zag. Tapi tenang, banyak kok ban aftermarket yang mampu memberikan value dan safety lebih di Tanah Air seperti Bridgestone, Dunlop, Toyo hingga Michelin.
Di mode SPORT respon pedal akseleratornya lebih tajam lagi, torsi 135 NM langsung terasa. Injak dikit aja tahu-tahu kecepatan sudah melewati 65 km/jam. Wah ini sih buat nyodok-nyodok di kemacetan asyik nih! Sayangnya alat tes berbasis GPS dengan akurasi 10 data per detik yang biasa saya gunakan untuk tes mobil untuk bisa mengetahui kecepatan akselerasi 0-100 km/jamnya secara proper ketinggalan di mobil saya yang terparkir di diler BYD Arista Kalimalang. Next ya!
Keheningan kabinnya juga oke, karena terbukti ketika berada di sebelah truk bermesin diesel yang suaranya berisik, maupun sepeda motor dengan knalpot aftermarket asal-asalan (biasanya tanpa merek atau bobokan) yang bunyinya tak nyaman di telinga, insulasi suara di kabin Atto 1 cukup bagus meredamnya.
Kabin belakangnya juga cukupan lah, enggak terlalu sempit tapi tak bisa dibilang luas juga. Demikian pula dengan kapasitas bagasinya. Cukup untuk membawa barang sehari-hari seperti kalau mau pergi kuliah, pergi kerja, ke gym, ke pasar swalayan, dan sebagainya.
Terakhir bagaimana dengan kehematan baterai berkapasitas 38,88 kWh-nya? Sebenarnya ini belum sesuai prosedur pengujian standar yang biasa penulis lakukan. Karena saya baru berjalan sekitar 35 kilometer, tetapi rasanya ini cukup untuk menjadi acuan sementara. Karena 1 kWh di mobil ini dapat melajukan Atto 1 hingga sekitar 8,7 kilometer di mode ECO (Saya cek dan hitung ulang di Multi Information Display). Cukup hemat sih, next saya akan tes ulang dengan lebih proper.
Tester Say
So, This is Car for You? Dibandingkan rivalnya di kelas Micro Car Electric maupun City Car / Hatchback max B-Segment Electric Vehicle (EV) seperti Wuling Air EV, SERES E1, Wuling BinguoEV sih BYD Atto 1 Premium ini melebihi ekspektasi saya. So, pas banget buat jadi mobil listrik pertama kamu. Rasanya sih BYD Motor Indonesia enggak akan kesulitan menjual mobil ini dengan jumlah banyak. Saya merasa mobil ini akan segera populer di jalanan ibu kota atau kota besar di Indonesia.