OTOJATIM - (22/7) Sejak 3 tahun lalu, mobil listrik mulai memasuki Indonesia. Dimulai pada tahun 2022 di mana pabrikan Hyundai memperkenalkan Hyundai KONA EV dan IONIQ (non 5) dan Wuling dengan Air ev-nya. Sayangnya saat itu harganya masih terbilang tinggi. Fast forward ke 3 tahun kemudian atau tepatnya tahun 2025 ini yang 'ladang perangnya' berbeda.
Saat ini banyak sekali pemain mobil listrik yang sudah bisa meniagakan produk mobil listriknya di angka Rp180 hingga Rp300 jutaan. Sebut saja VinFast dengan VF3 dan VF5, Wuling yang masih mengandalkan series Air ev, GWM dengan brand baru ORA 03, MG 4 EV tipe Ignite (yang sudah kena banyak diskon), dan yang akan menyusul AION UT dan juga BYD Atto 1.
.jpeg)
Angka Rp300 jutaan ini sangat penting, mengingat inilah angka psikologis yang dirasa pas untuk membeli sebuah mobil. Tak hanya mobil listrik tetapi juga mobil konvensional dan jenis powertrain lainnya. Apalagi jika menilik angka penjualan total mobil di Indonesia yang tahun lalu tak mencapai 1 juta unit, tentu mobil listrik Rp 300 jutaan ini diharapkan bisa memberikan kontribusi positif.
Masih hangat dalam ingatan kami salah satu petinggi brand mobil Jepang yang berujar, "Pasar yang turun adalah mobil dengan harga jual Rp300 jutaan ke bawah, selain karena kebijakan kredit yang ketat itu turun juga karena daya beli yang ikutan merosot," cerita Sri Agung Handayani, Direktur Pemasaran dan Komunikasi Korporat PT Astra Daihatsu Motor (ADM) ke penulis beberapa bulan lalu.
Perlu digaris bawahi juga, angka Rp300 jutaan yang kami maksud adalah Rp300 jutaan kecil bukan yang menempel dengan Rp400 juta ke atas atau bahkan harga perkenalan semata. Kebijakan diskon juga kami masukkan, mengingat prediksi tren ke depan bukan tidak mungkin mobil listrik mendapatkan banyak diskon oleh karena membanjirnya persediaan (stock) dibandingkan dengan permintaan (demand).
Lantas apakah mobil listrik dengan harga Rp300 jutaan ini mampu menaikkan total market mobil di Indonesia? Jawaban sebenarnya enggak simpel, selain faktor pasar juga berkaitan erat dengan infrastruktur kendaraan listrik di Indonesia. Perlu diperbanyak DC (Direct Current) Ultra Fast Charging di berbagai daerah hingga pelosok. Tanpa DC Ultra Fast Charging anxiety menggunakan mobil listrik masih akan terus terjadi.
Dan Ingat, "Penjualan mobil listrik di Indonesia itu 80% ada di Jakarta," kata Anton Jimmi Suwandy ke penulis saat masih menjabat sebagai Direktur Pemasaran di PT Toyota-Astra Motor (TAM) kini beliau menjabat sebagai Chief Executive Officer Auto2000. Sementara Indonesia tidak hanya Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Makassar, Medan, dan kota besar lainnya di Tanah Air.
Jadi apakah mobil listrik Rp300 jutaan ini akan siap untuk mengerek penjualan mobil nasional? Semoga saja. Tentu kita semua berharap agar penjualan mobil nasional bisa terus tumbuh dan memberikan tren kontribusi positif terhadap ekonomi Indonesia.
Saat ini banyak sekali pemain mobil listrik yang sudah bisa meniagakan produk mobil listriknya di angka Rp180 hingga Rp300 jutaan. Sebut saja VinFast dengan VF3 dan VF5, Wuling yang masih mengandalkan series Air ev, GWM dengan brand baru ORA 03, MG 4 EV tipe Ignite (yang sudah kena banyak diskon), dan yang akan menyusul AION UT dan juga BYD Atto 1.
.jpeg)
Angka Rp300 jutaan ini sangat penting, mengingat inilah angka psikologis yang dirasa pas untuk membeli sebuah mobil. Tak hanya mobil listrik tetapi juga mobil konvensional dan jenis powertrain lainnya. Apalagi jika menilik angka penjualan total mobil di Indonesia yang tahun lalu tak mencapai 1 juta unit, tentu mobil listrik Rp 300 jutaan ini diharapkan bisa memberikan kontribusi positif.
Masih hangat dalam ingatan kami salah satu petinggi brand mobil Jepang yang berujar, "Pasar yang turun adalah mobil dengan harga jual Rp300 jutaan ke bawah, selain karena kebijakan kredit yang ketat itu turun juga karena daya beli yang ikutan merosot," cerita Sri Agung Handayani, Direktur Pemasaran dan Komunikasi Korporat PT Astra Daihatsu Motor (ADM) ke penulis beberapa bulan lalu.
Perlu digaris bawahi juga, angka Rp300 jutaan yang kami maksud adalah Rp300 jutaan kecil bukan yang menempel dengan Rp400 juta ke atas atau bahkan harga perkenalan semata. Kebijakan diskon juga kami masukkan, mengingat prediksi tren ke depan bukan tidak mungkin mobil listrik mendapatkan banyak diskon oleh karena membanjirnya persediaan (stock) dibandingkan dengan permintaan (demand).
Lantas apakah mobil listrik dengan harga Rp300 jutaan ini mampu menaikkan total market mobil di Indonesia? Jawaban sebenarnya enggak simpel, selain faktor pasar juga berkaitan erat dengan infrastruktur kendaraan listrik di Indonesia. Perlu diperbanyak DC (Direct Current) Ultra Fast Charging di berbagai daerah hingga pelosok. Tanpa DC Ultra Fast Charging anxiety menggunakan mobil listrik masih akan terus terjadi.
Dan Ingat, "Penjualan mobil listrik di Indonesia itu 80% ada di Jakarta," kata Anton Jimmi Suwandy ke penulis saat masih menjabat sebagai Direktur Pemasaran di PT Toyota-Astra Motor (TAM) kini beliau menjabat sebagai Chief Executive Officer Auto2000. Sementara Indonesia tidak hanya Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Makassar, Medan, dan kota besar lainnya di Tanah Air.
Jadi apakah mobil listrik Rp300 jutaan ini akan siap untuk mengerek penjualan mobil nasional? Semoga saja. Tentu kita semua berharap agar penjualan mobil nasional bisa terus tumbuh dan memberikan tren kontribusi positif terhadap ekonomi Indonesia.