Lima Jurus Wuling Menjadi Magnet Otomotif di Indonesia

Usia Wuling di Indonesia belum genap seribu hari, tapi jangan ditanya soal keberhasilannya menjadi pabrikan otomotif  terkemuka. Tak perlu banyak janji muluk-muluk, raport jualan Wuling kini cukup mentereng di sepuluh besar Gaikindo.

Saya masih ingat, ketika Wuling awal-awal mengikuti auto show. Dian Asmahani gagap saat ditanya target. Menjadi Brand Manager sebuah merek baru, dari Tiongkok pula, pabrik baru berdiri, semuanya masih perlu persiapan, tentu perlu hati-hati dalam menjawab soal prediksi penjualan.

Booth Wuling di GIIAS 2019 menjadi pusat perhatian pengunjung
Namun kini berbeda. Wuling sukses merebut hati konsumen. Tercatat di 2018 penjualan Wuling tembus 17.020 unit. Ini artinya angka tersebut meloncat 300 persen bila dibandingkan dari 2017 (5.050 unit). Apakah ada pabrikan lain yang penjualannya naik tiga kali lipat dalam setahun? Belum pernah ada, setahu saya, selama menjadi wartawan otomotif.

Lantas apa yang menjadi rahasia sukses PT SGMW (Saic GM Wuling) yang menaungi brand Wuling berlaga di Indonesia? Mengingat di saat hampir bersamaan, brand asal Amerika, Ford baru saja hengkang dari Indonesia. Bahkan brand mobil Cina sebelumnya yaitu Geely dan Cherry juga angkat kaki lebih dulu. Ingat, Ford bukan pabrikan kaleng-kaleng, dia adalah merek bersejarah kebanggaan rakyat negeri Paman Sam. Apalagi Geely, di 2010 sukses memiliki mayoritas saham Volvo. Ya, artinya pemilik.

Menurut pandangan saya, ada lima poin yang bisa disimpulkan sebagai faktor keberhasilan Wuling.
Pondasi pertama adalah didirikannya pabrik. Ini yang tidak dilakukan Ford dan Geely. Mereka mengimpor secara utuh (CBU) mobil-mobilnya yang dijual di Indonesia. Berbeda dengan adanya investasi pabrik Wuling di dalam negeri, otomatis bahan-bahan produksi kendaraan bisa ditekan harga jualnya. Apalagi Wuling juga mempunyai supply chain lokal yang sangat tinggi.

Asal tahu saja, pabrik Wuling di Indonesia berdiri di atas tanah seluas 60 hektar, dengan tenaga kerja 3.000 orang (dok.2017). Lima puluh persen bahan baku disuplai oleh 20 vendor lokal. Saya melihat ini adalah komitmen serius Wuling ketika menggelontorkan investasi awal senilai Rp9,3 Trilyun saat itu. Adanya pabrik turut mencitrakan bahwa Wuling akan ada di Indonesia dalam jangka panjang. Ini yang akan membuat imej Wuling berbeda dengan mobil Cina sebelumnya.

Selanjutnya Wuling juga piawai dalam meramu jurus marketingnya. Kendati ada berbagai rintangan yang harus dihadapi, apalagi jamak diketahui bahwa pasar otomotif Indonesia tidak lepas dari cengkeraman produsen Jepang. Rasanya sulit, tapi bukan tidak mungkin. Strategi yang dilakukan Wuling antara lain dengan memperbanyak jumlah diler. Makin banyak yang jualan, tentunya volume sales makin tinggi.

Selanjutnya, kesiapan jaringan aftersales adalah hal penting lain karena menjadi pertimbangan utama bagi konsumen di Indonesia. Jika mengaca ke beberapa produk asal China yang sudah lebih dulu berkiprah di Indonesia, kekurangan mereka adalah tidak siapnya jaringan aftersales. Sampai saat ini, jumlah diler Wuling di Indonesia mencapai 92 outlet yang tersebar di seluruh Nusantara.

Keempat, perhatian lain konsumen Indonesia adalah inovasi produk itu sendiri. Sejauh mana produk itu bisa memuaskan keinginan konsumen terkini, yakni soal kemajuan desain. Ini karena karakter masyarakat Indonesia itu lebih dulu melihat sisi style. Konsumen saat ini sudah sangat update dengan perkembangan style atau desain terkini sebuah mobil.

Sejak dua tahun hadir di Indonesia, sudah ada empat tipe mobil yang hadir secara bergantian. Yaitu, Confero, Cortez, Formo dan yang menjadi flagship baru-baru ini adalah Almaz. Itupun Wuling selalu meng-update fitur-fiturnya secara bertahap namun dalam waktu singkat. Sebagai contoh Confero kini ada pilihan transmisi sequential mirip motor bebek, tentunya ini memudahkan pengoperasian bagi para green driver, istilah buat pengemudi anyaran.

Cortez varian baru ditambahkan pilihan mesin turbo, dan yang heboh adalah fitur WIND (Wuling Indonesia Voice Command) yang disematkan pada Almaz, bahkan ketika Almaz baru beredar enam bulan. Fitur pintar ini memungkinkan pengemudi memberikan perintah suara kepada Wuling Almaz untuk mengoperasikan fitur-fitur yang ada di mobil. Seperti mengatur suhu AC, membuka jendela, membuka sunroof, menelepon seseorang, mengoperasikan audio dan sebagainya.

Tolong dicatat, fitur seperti WIND ini belum pernah ada di merek mobil Jepang terlaris pemegang tahta sementara saat ini. Mereka patut was-was. Teknologi ter-update itu penting. Meskipun itu belum tentu dipakai terus-menerus. Karakter konsumen Indonesia itu memang cukup unik dibanding masyarakat Eropa yang lebih memperhitungkan nilai kepraktisan dan fungsi sebagai poin utama dalam memilih mobil.

Terakhir adalah soal harga. Penentuan harga terutama di segmen yang sangat kompetitif seperti MPV, penting diterapkan. Wuling terbukti tidak salah langkah. Rasio harga berbanding kualitas yang ditawarkan Wuling cukup membuat konsumen yang mempunyai pertimbangan rasional lebih memilihnya. Meski masih ada konsumen yang mempertimbangan secara emosional dalam memilih kendaraan. Tapi Wuling menyediakan semuanya.

Nah, itulah lima jurus kesuksesan Wuling untuk menjadi magnet baru dalam dunia otomotif Indonesia. Tidak lama lagi, Wuling sangat mungkin merebut tahta penjualan terlaris.
LihatTutupKomentar
close
harga yamaha lexi